Investasi Portofolio

Rabu, Maret 10, 2010

pelan-pelan saja: deindustrialisasi itu TIDAK ADA ... 100310

Sungguhkah Terjadi Pelemahan Industri?
Senin, 8 Maret 2010 - 09:14 wib
TEXT SIZE :

Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo. (Foto: Koran SI)
BARU-baru ini saya berkunjung ke pabrik produk perawatan kulit Unilever Indonesia di Kawasan Industri Jababeka. Memasuki lobi bangunan pabrik, saya terkesan karena suasana lebih mirip bagian kosmetik Sogo atau department storelainnya.

Suasana mewah muncul di lobi dan terus terbawa ke bagian dalam pabrik yang terjaga sangat rapi dan bersih. Saat diresmikan Maret 2008 atau hanya tujuh bulan sejak pembangunan dimulai, diberitakan bahwa pabrik tersebut merupakan pabrik produk perawatan kulit terbesar di Asia.Dalam perencanaan awal Unilever Global, pabrik tersebut direncanakan sebagai basis produksi untuk pasar Asia. Kurang dari dua tahun sejak mulai beroperasi, pabrik tersebut akhirnya mulai berproduksi mendekati kapasitas terpasang akibat besarnya permintaan produk seperti Ponds,Vaselin, Citra.Ternyata, pemenuhan produk untuk ekspor ke pasar Asia hanya tiga persen dari keseluruhan produksi dan selebihnya untuk memenuhi pasar domestik.

Perkembangan ini membuktikan kebenaran keputusan mereka untuk membangun pabrik tersebut di Indonesia, bukan Thailand yang memiliki banyak hal lebih baik daripada Indonesia. Pasar Indonesia demikian besar. Dengan tingginya permintaan produk perawatan kulit, Unilever Indonesia harus membangun pabrik yang kedua pada 2010 demi memenuhi permintaan tinggi itu. Jika pabrik pertama dikatakan sebagai yang terbesar di Asia, bagaimana jadinya jika dua pabrik dengan kapasitas yang sama telah berdiri? Tentu gelar terbesar tersebut akan semakin kukuh. Investasi semacam ini bukan hanya monopoli Unilever Indonesia yang setiap tahun selalu menyediakan anggaran investasi besar.

Pekan lalu diresmikan ekspansi pabrik susu Nestle yang mampu memproses 1 juta liter susu setiap tahunnya. Pabrik tersebut merupakan salah satu dari 10 pabrik susu terbesar di dunia. Selain untuk memenuhi pasar Indonesia, pabrik susu tersebut mampu memenuhi pasar di Asia Tenggara, baik dalam bentuk susu cair maupun terlebih lagi susu bubuk. Itulah sebabnya kebutuhan susu segar bagi pabrik tersebut meningkat. Ini merupakan kesempatan terbuka bagi para petani susu kita jika mereka mampu untuk memenuhinya.Kesempatan inilah yang memungkinkan dilakukannya investasi baru bagi pengembangan ternak sapi susu dalam skala lebih besar.

Kita mengetahui, investasi baru juga dilakukan pabrik motor Honda yang akan membangun pabrik motor baru dengan kapasitas setengah juta unit pada 2010. Pembangunan pabrik tersebut untuk mengantisipasi kenaikan permintaan sepeda motor di Indonesia pada tahun-tahun mendatang. Jika pada saat ini kapasitas produksi Honda per tahun mencapai 3,1 juta motor, dengan pabrik baru tersebut kemampuan produksi akan meningkat menjadi 3,6 juta unit. Saya yakin, kapasitas baru tersebut tidak akan berumur panjang karena permintaan motor diperkirakan meningkat lagi di tahuntahun mendatang.Sebelumnya peresmian ekspansi pabrik truk Hino juga dilakukan akibat peningkatan kebutuhan truk.

Perusahaan mobil Volkswagen juga berencana memasuki pasar Indonesia dengan membuat pabrik pada 2012. Di industri hulu, PT Mandar Steel, yang merupakan perusahaan patungan dengan China,berencana membangun pabrik baru di Kalimantan dengan investasi sekitar USD225 juta untuk pabrik dengan kapasitas setengah juta ton baja. Rencananya pada 2012 pabrik tersebut akan diperluas lagi sehingga total investasinya mencapai sekitar USD1 miliar. PT Meratus Iron and Steel, yang merupakan perusahaan patungan antara Krakatau Steel dan Aneka Tambang, juga berencana membangun pabrik baja di Kalimantan Selatan.

Dengan berbagai investasi di berbagai industri manufaktur tersebut, saya sering dibingungkan dengan istilah deindustrialisasi yang dikatakan terjadi di Indonesia. Istilah tersebut muncul karena beberapa hal.Pertama,tingkat pertumbuhan riil sektor manufaktur selalu tertinggal dibandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebagai akibatnya, sharesektor industri pengolahan dalam produk domestik bruto (PDB) juga ikut menurun.Portofolio perkreditan industri perbankan di Indonesia juga menunjukkan porsi yang menurun bagi industri pengolahan sehingga hal ini membawa dampak pada penurunan investasi di industri pengolahan.

Dari berbagai cerita tentang pembangunan pabrik baru yang dikemukakan di atas, tampak benar bahwa sektor industri pengolahan sebetulnya masih bergerak dan bahkan bergerak cepat.Unilever Indonesia pada 2008 tumbuh riil sekitar 12%. Bahkan pada 2009, pertumbuhan riil lebih tinggi lagi.Melihat pangsa pasar mereka yang hanya sedikit meningkat, ini berarti perusahaan di industri serupa juga tumbuh tinggi. Kita juga melihat industri automotif, mobil dan motor, yang tumbuh sangat tinggi sehingga untuk Januari 2010 yang lalu sudah mengalahkan penjualan bulanan Thailand dan Malaysia. Sementara itu, dengan mudah kita saksikan pertumbuhan konsumsi dalam PDB kita.

Jika terjadi proses deindustrialisasi, pastilah impor barang konsumsi jadi (bukan bahan baku) akan mendominasi impor kita dan harus memiliki pertumbuhan absolut yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan absolut konsumsi kita.Ternyata hal tersebut tidak terjadi. Pertumbuhan konsumsi dalam PDB tidaklah diikuti kenaikan impor barang jadi, melainkan bahan baku. Ini berarti untuk bisa dikonsumsi, bahan baku tersebut harus diolah terlebih dahulu.Inilah yang terjadi dalam industri pengolahan. Rasanya ada yang kurang benar dalam statistik kita yang bersifat sektoral.

Ada baiknya ketidakkonsistenan ini diatasi dengan suatu studi yang lebih intensif sehingga data yang muncul lebih benar. Jika ini terjadi, kebijakan yang dihasilkan akan lebih akurat. Ringkasnya, saya sungguh tidak percaya bahwa telah terjadi proses deindustrialisasi. Dari anecdotal evidence, pertumbuhan industri pengolahan justru sangat tinggi. (*)

Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo
Pengamat Ekonomi(//rhs)

Tidak ada komentar:

Kalkulator finansial

Daily chess puzzle

Play online chess